Monday, December 20, 2010

Sonobudoyo.. Apa Kabarmu?

KESIBUKAN terasa di Museum Sonobudoyo pada suatu siang di akhir pekan. Tampak pegawai museum sibuk dengan tanggungjawabnya masing-masing. Rombongan turis turun dari becak di depan museum, dan menapakkan kakinya menuju museum yang diresmikan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada 6 Nopember 1935 itu.

Sekilas kesibukan di museum itu tampak biasa saja. Seakan tidak ada masalah serius di museum yang terletak di Jl Trikora No 6 Yogyakarta. Padahal, ‘masterpiece’ museum yang berupa koleksi emas kuno hilang dicuri. Siapa dalang di balik pencurian itu masih menjadi teka-teki yang belum terpecahkan.

Raibnya koleksi emas kuno peninggalan zaman Mataram Hindu abad 8-9 tersebut menyimpan tanda tanya besar. Profesionalitas pengelola museum pun dipertanyakan. Sikap pengelola museum yang mendadak tertutup atas kasus pencurian koleksi mengundang kecurigaan tersendiri bagi sebagian kalangan, seperti dari Badan Musyawarah Musea, ICOM (International Counsil of Museums) Indonesia, aktivis masyarakat advokasi warisan budaya (Madya), hingga kalangan arkeolog.

Koleksi emas kuno yang menjadi masterpiece Museum Sonobudoyo ketahuan dibobol pencuri pada 11 Agustus 2010. Pencuri leluasa masuk ke lokasi penyimpanan koleksi emas kuno yang disimpan di ruangan khusus. Bahkan, tidak semua orang bisa masuk ke ruangan itu kalau belum mendapatkan ijin dari pengelola museum.

Pencuri mengambil hampir semua koleksi emas kuno. Tanpa meninggalkan sidik jari. Diduga pelaku pencurian adalah orang yang sudah menguasai betul seluk beluk museum. Sebanyak 75 koleksi yang dikelompokkan dalam 47 jenis koleksi emas kuno digondol maling tanpa jejak.

Banyak pihak merasa kehilangan, baik secara pribadi maupun lembaga. Terutama para pegiat museum, seperti diantaranya dari Badan Musyawarah Musea (Barahmus) Yogyakarta maupun ICOM Indonesia, sebuah lembaga internasional di bawah UNESCO yang memiliki jaringan di 137 negara dengan jumlah member 38.000 museum.

“Pengelola museum tertutup mengenai data detail koleksi emas yang hilang,” kata Sekretaris ICOM Indonesia, Kanjeng Raden Tumenggung Thomas Haryonagoro.

Dengan nada kecewa, dia berpendapat bahwa sikap tertutup pihak pengelola museum justru menjadi tanda tanya besar. Data detail mengenai koleksi emas kuno yang seharusnya bisa diinformasikan secara luas justru ditutup rapat-rapat. Seakan pengelola museum tidak mau berbuat banyak untuk menemukan kembali benda sejarah yang tidak ternilai harganya itu.

“Kita punya jaringan di 137 negara. Dengan data detail koleksi emas kuno yang hilang itu maka jaringan kita di berbagai negara itu bisa membantu kita untuk mencari. Tetapi kenapa justru tidak diperkenankan?”, ungkapnya kesal.

Thomas menduga ada yang tidak beres dalam pendataan benda koleksi di museum. Sejak museum Sonobudoyo berdiri, tidak memiliki katalog yang detail. Artinya, pengelolaan museum tersebut sangat amburadul dan tidak memiliki data yang bisa dipertanggungjawabkan.

“Data yang ada dan diberikan ke kita itu tidak detail sama sekali. Persis kaya data koleksi barang bekas di pasar klitikan,” kata dia yang juga Ketua Barahmus Yogyakarta itu.

Pengelolaan museum yang acak-acakan itu juga tidak hanya terlihat dari minimnya dokumentasi mengenai koleksi yang dimiliki. Tetapi, kompleks museum ternyata juga dipakai untuk penitipan gerobak pedagang kaki lima. Sehingga orang yang tidak berkepentingan dibebaskan keluar masuk area museum sehingga dari segi keamanan museumnya juga sangat rawan.

Arkeolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Daud Aris Tanudirdjo, mengungkapkan, hilangnya koleksi emas kuno itu merupakan kehilangan besar bangsa Indonesia. Tidak hanya dari nilai ekononomisnya, tetapi benda tersebut bagian dari bukti perkembangan peradaban suatu bangsa. Sekali benda itu hilang, maka tidak bisa tergantikan. Dan itu merupakan kehilangan besar bagi generasi bangsa berikutnya.

“Hilangnya koleksi museum ini membuktikan kalau pengelolaan museum tidak proporsional,” katanya.

Pengelola museum harus bertanggungjawab. Kalau ada alasan tentang minimnya keamanan dan anggaran, justru hal tersebut merupakan indikasi bahwa pengelola museum ingin lepas dari tanggungjawab. Persoalan pencurian benda koleksi museum harus diusut tuntas dan jangan membuat kebijakan baru sebelum semuanya jelas. Dan, jangan sampai hilangnya benda koleksi tersebut dijadikan momentum untuk meminta anggaran lebih dari APBD maupun APBN.

Dia juga menyesalkan tidak adanya katalog yang detail tentang benda-benda koleksi museum. Yang ada saat ini hanyalah daftar inventarisir benda koleksi saja. Harusnya, pihak museum memiliki katalog benda koleksinya. Sebab, katalog ibaratnya buku harian dari sebuah benda koleksi.Dengan katalog itu, benda koleksi bisa bercerita.

“Menurut saya ada yang tidak beres di museum Sonobudoyo. Apalagi pengelola tertutup kalau imintai data detail soal koleksi museum,” katanya.

Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta Herni Pramastuti, mengakui, benda purbakala banyak diburu. Sebab, benda purbakala itu memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Harganya bisa sangat mahal dan tidak terukur karena yang dibeli adalah nilai sejarahnya. Semakin tua benda purbakala itu maka semakin mahal harganya.

“Kebobolan Museum Sonobudoyo ini harus menggugah kesadaran bahwa pengamanan museum maupun benda cagar budaya yang lainnya harus ekstra ketat,” katanya.

Kehilangan benda koleksi di Meseum Sonobudoyo yang terbuat dari emas merupakan kehilangan besar bangsa Indonesia. Apalagi, penemuan benda kuno dari emas sangat langka. Yang sering ditemukan rata-rata hanya terbuat dari batu.

Benda purbakala seperti candi saja, kata dia, menjadi incaran pemburu benda purbakala. Pada 2009, BP3 Yogyakarta juga mencatat raibnya jaladwara situs watugudig di kawasan kecamatan Prambanan Sleman. Sebelumnya, pada tahun 2007, artefix candi Banyunibo di kawasan kecamatan Prambanan, Sleman juga hilang, meskipun pada akhirnya bisa ditemukan.

“Kita sering kehilangan arca. Bahkan arca awalokiteswara pernah hilang dan berhasil kita temukan lagi di Singapura. Sekarang arca itu kita taruh di komplek BP3 Yogyakarta,” ungkap Herni.

Museum Sonobudoyo, kata dia, sangat lemah dari sisi keamanannya. Tetapi pihak BP3 Yogyakarta tidak bisa berbuat banyak karena pengelolaan museum tanggungjawab pemerintah daerah.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan BP3 Yogyakarta, pengelolaan Museum Sonobudoyo masih banyak kekurangan, terutama dari sisi pengamanannya. Seperti minimnya petugas keamanannya, CCTV (closed circuit television) yang dipasang hanya manual, tidak ada duplikasi dari benda berharga yang dikoleksi.

Di seluruh provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini ada ribuan benda purbakala yang sifatnya bergerak, seperti keris, arca, mata uang, yang disimpan di dalam museum. Sedangkan untuk benda purbakala tidak bergerak seperti candi, jumlahnya mencapai ratusan.

“Jadi benda purbakala yang tidak dijaga dengan baik sangat rawan dicuri,” katanya.

Koordinator Madya, Jhohannes Marbun, mengungkapkan, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1995 tentang pemeliharaan dan pemanfaatan benda cagar budaya di museum dan Keputusan Menteri Nomor KM.33/PL.303/MKP/2004 tentang museum, pengamanan koleksi termasuk tugas utama pengelola museum.

Termasuk menyediakan prasarana dan sarana pengamanan. Karena itu, keterbatasan sistem pengamanan yang berakibat pada hilangnya benda koleksi museum, merupakan kesalahan kebijakan dan kelalaian pengelola museum.

“Perlu ada ‘public audit’ oleh tim independen terhadap kinerja Museum Sonobudoyo,” katanya.

Dia juga mengusulkan perlu adanya ‘grand disign’ pengelolaan museum yang ideal. Sebab, pengelolaan museum yang masih carut marut rawan terhadap hilangnya koleksi.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Djoko Dwiyanto, mengungkapkan, paskapecurian koleksi emas, pihaknya akan menata kembali lokasi, bangunan maupun ruangan koleksi dan memasang alarm. Program itu merupakan rencana jangka pendek yang segera dilakukan.

Untuk jangka menengah, pihaknya akan memikirkan manajemen koleksi agar lebih baik, termasuk menata ulang koleksi yang ada, termasuk sistem pengamanannya. Dan, jangka panjangnya, Museum Sonobudoyo akan dijadikan museum berstandar internasional.

“Kita berharap barang koleksi emas kuno yang hilang bisa kembali dan pelakukan dihukum,” ungkap dia.

Untuk masalah sanksi, kata dia, masih dalam proses. Yang jelas, pihaknya akan memberikan sanksi kepada pengelola museum sesuai dengan ketentuan, dan akan ada perombakan jabatan di Museum Sonobudoyo.

Museum bukan sekedar wahana rekreasi. Museum adalah sumber ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Koleksi-koleksi museum memiliki nilai penting bagi sejarah yang tidak terukur nilainya, dan sangat penting untuk generasi bangsa di masa-masa mendatang. Sampai sekarang, penyidikan atas kasus hilangnya koleksi emas kuno Museum Sonobudoyo masih terus didalami Poltabes Yogyakarta. “Kita terus bekerja dan beri kami waktu untuk menuntaskan kasus ini,” kata Kapoltabes Yogyakarta, Komisaris Besar Atang Heradi. (Sulistiono)


DAFTAR KOLEKSI EMAS MUSEUM SONOBUDOYO YANG HILANG
(Catatan: untuk nama koleksi yang ditulis dua kali karena nomor inventarisasinya berbeda).

1. Tujuh buah bagian kalung
2. Kalung rantai mata kalung susun tiga
3. Kalung rantai bentuk mendalion hiasan sulur batu permata intan
4. Kalung bertampar untir
5. Kalung bertampar untir
6. Kalung rantai liontin segitiga
7. Kalung brondong liontin kecubung ungu muda oval
8. Kalung manik kombinasi emas
9. Kalung rantai liontin bulat telur
10. Kalung rantai bentuk segi enam
11. Bagian kalung seperti artefak
12. Bagian dari kalung seperti biji mete ( 2 buah)
13. Liontin bentuk kroco (4 buah)
14. Liontin bentuk murba
Liontin bentuk murba (3 buah)
15. Liontin bentuk gading
16. Liontin bentuk tanduk
17. Liontin bulan sabit
18. Manik-manik bentuk bulan (37 buah)
19. Hiasan bentuk kura-kura (6 buah)
20. Liontin keongan
21. Fragmen kalung
22. Topeng
23. Siluette orang
24. Pripih bentuk bunga
25. Pripih bentuk cicak
26. Hiasan penutup hidung (3 buah)
27. Pripih bentuk potongan (10 buah)
28. Pripih bentuk lembaran ( 2 unit)
29. Pripih persegi panjang (4 buah)
30. Pripih bentuk naga
31. Arca dewitara
32. Arca Budisatwa
33. Lempengan bentuk bulan
34. Lempengan perak
35. Lempengan perak
36. Lempengan bentuk bulat
37. Arca asobhya
38. Hiasan bulan sabit
39. Lempengan emas (3 buah)
40. Wadah bertutup kotak
41. Wadah bertutup heksagonal
42. Wadah bertutup seperti durian
43. Cepuk bertutup bulat
44. Mangkok dasar berkaki bentuk cincin
45. Mangkok bentuk semanggi
46. Mangkok
47. Mangkok

BerkahNya..

Jika kepala tertunduk lesu. Maka sesungguhnya Allah telah dekat dengan kita. Untuk itulah hendaknya kita senang diberikan keadaan yang dirasa umat manusia itu sebagai kondisi yang meresahkan.

Ketika kelesuan itu datang, maka saat itulah waktu yang tepat untuk koreksi. Seberapa jauh kesalahan dan dosa yang telah kita lakukan. Maka berbahagialah Kalian yang diberi rasa gundah dan resah.

Sungguh salah besar, manusia yang sedang dirundung masalah merasa sakit. Sebenarnya dengan masalah seperti yang Kalian hadapi itulah sebenarnya 'cara' Allah berkomunikasi terhadap semua makluk ciptaannya. Hendaklah kita menjadi pintar dan mau menerima atas segalanya yang menimpa kita semua.

Kemenangan sudah dekat. Mari kita bersama, bersatu padu mewujudkan jiwa damai di bumi ini. Alam yang menghidupi kita ini tidak akan selamat jika manusia tidak terselamatkan. Manusia menjadi tidak selamat karena menganggap masalah menjadi suatu hal yang najis dan harus dihindari. Hiduplah manusia bumi. Hidup dalam arti yang sesungguhnya. (sulistiono)
Renungan 21/09/06